Rima Mashiro - Shugo Chara

Rabu, 28 Maret 2012

Misteri Pintu Berukir


Anna membuka pintu kamarnya dan lagi-lagi dia melihat pintu berukir itu terbuka.
Anna merinding. Dia yakin sekali, dia tadi sudah menyuruh bibik pengasuhnya menutup rapat pintu itu.
Perasaan Anna tidak enak. Saat Papa memasang pintu ukir dari Jepara itu, Anna sudah tidak setuju. Anna tidak suka benda-benda berukir yang tampak kuno. 
Mister Pintu Berukir
Ilustrasi: Yoan
Anna takut kalau pintu itu ada penunggunya. Dan, nyatanya sekarang, pintu itu suka membuka sendiri.
Lalu ditambah lagi sekarang sering ada suara-suara aneh di rumah. Hiiii…
“Kresek… kresek… “ Suara itu terdengar lagi. Arahnya seperti dari ruangan di balik pintu ukir Jepara itu.
Ruangan itu ruangan yang biasa dipakai tamu-tamu Papa.
Padahal sekarang Anna tahu pasti sedang tidak ada tamu yang menginap. 
“Tap… tap… tap!” Suara dari dalam kamar tamu itu semakin keras. Anna berusaha memberanikan diri dan mengayunkan kaki lemasnya ke kamar tamu itu.
Tapi baru jalan beberapa langkah, suara yang lain terdengar, “Eaaaaa…” Hwaaaahhh! Sekarang suaranya seperti suara bayi menangis!
Anna tidak tahan lagi. Ia langsung lari masuk ke kamarnya. Di dalam kamar, Anna menyusup ke dalam selimut.
Beribu pikiran buruk terbayang. Bagaimana kalau dulu pintu berukir itu pintu kamar tidur seorang Putri Jepara?
Lalu pada zaman penjajahan Belanda, Putri Jepara itu hamil dan dibunuh tentara Belanda? Lalu arwah Putri dan bayinya merasuk ke dalam pintu berukirnya dan menghantui siapa pun yang keturunan Belanda? Huwaaaah! Mama Anna, kan, orang Belanda. 
Anna memejamkan mata rapat-rapat berusaha memikirkan hal lain, tapi bayangan Putri Jepara berkonde dan berkebaya putih itu tidak bisa lepas dari benaknya.
Wajahnya yang pucat, bibirnya yang kebiruan, bayi pucat yang menangis di dalam pelukannya. Hwaaaahhh! Anna semakin takut.
“Tap… tap… tap…” terdengar suara langkah kaki di depan kamarnya. Anna semakin dalam masuk ke selimutnya.
Duh, bagaimana kalau tiba-tiba dari dalam selimut ada tangan dingin yang meraih betisnya. Hwaaaaahh! Anna meringkuk semakin erat.
Tiba-tiba plek! Sesosok tangan mengguncang bahunya. “Hwaaaaaaaaahh!! Ampuuuun!” Jerit Anna sekencang-kencangnya.
“Anna! Kenapa? Ini Mama.” panggil pemilik tangan itu. Anna membuka mata. “Mama!” Anna memeluk ibunya. 
“Kenapa, Na? Kamu, kok, kayak baru ketemu setan gitu?” tanya Mama.
“Huhuhuhu… Anna takut, Ma, sama pintu ukir Jepara baru itu,” jawab Anna. Mulailah Anna bercerita tentang suara-suara yang didengarnya dan betapa pintu itu selalu membuka sendiri.
Misteri Pintu Berukir
Ilustrasi: Yoan
Anna juga bercerita tentang imajinasinya soal Putri Jepara yang dibunuh Belanda dan menghantui keturunan Jepara.
Mama mau tidak mau tersenyum juga. Anna memang penakut, kebanyakan nonton film horor sih. Imajinasinya jadi suka macam-macam.
“Tenang dulu, Na. Itu cuma imajinasi kamu saja. Adikmu bisa menjelaskannya,” ujar Mama, lalu menoleh ke arah pintu. ”Liana, ayo sini. Jelaskan ke Kak Anna.”
Liana yang masih duduk di kelas dua SD masuk. Matanya yang kebiruan membelalak lebar.
Dia tampak memegang sesuatu di balik syal yang ia lilitkan di depan badannya.
Tiba-tiba… “Eaaaaa…” Huaduh! Suara tangisan bayi itu lagi. Anna mencengkram tangan mamanya.
“Kak Anna, ini Si Manis,” ucap Liana sambil menyingkapkan syalnya, menunjukkan anak kucing yang masih keciiiil sekali.
“Eaaaaa…” anak kucing itu mengeong. Astaga! Ternyata suara tangisan bayi itu adalah suara eongan si kucing kecil itu! Liana menemukannya tergeletak di sudut halaman rumah.
Sejak itu, Liana merawatnya diam-diam di dalam kamar tamu. Pintu Jepara itu sering terbuka sendiri karena Liana suka keluar masuk ke kamar tamu itu untuk memberi makan Si Manis.
“Lianaaa! Kamu bikin kakak jantungan saja! Kenapa tidak bilang dari kemarin, sih?” tanya Anna gemas bercampur malu.
“Soalnya kakak, kan, enggak suka kucing,” jawab Liana polos. “Huffh… daripada hantu Putri Jepara, aku lebih suka kucing, Li,” sungut Anna. Mama dan Liana tertawa.
***
“Krek!” di luar kamar Anna  pintu ukir Jepara itu terbuka pelan. Sesosok putih tembus pandang memandang ke sekeliling rumah. 
Rumah besar yang cantik, dua kakak beradik yang harmonis, orang tua yang baik hati dan penyayang.
“Rasanya aku akan betah di sini,” bisik sosok putih itu sambil merasuk kembali ke dalam pintu ukir kuno itu. 
Oleh: Pradikha Bestar
Ilustrasi: Yoan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar